
BANDUNG, JURNAL TIPIKOR – Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, menyatakan bahwa industri kreatif di Kota Bandung tengah berkembang menuju bentuk yang lebih terstruktur.
Menurutnya, meskipun kreativitas bukanlah hal baru di Bandung, kini mulai terbentuk sebagai industri dengan ekosistem yang berkelanjutan.
“Kreativitasnya sudah ada, ekonomi kreatifnya juga. Namun, bahwa sekarang menjadi sebuah bentuk industri, ini yang bisa kita harapkan lahir dari sini, dari Agate, dari ITB Innovation Park,” ujar Farhan di sela kegiatan Indonesian Women in Game Beauty Play Connect di Agate Bandung, Sabtu (5/7).
Farhan menekankan bahwa langkah penting bagi pemerintah adalah menciptakan ekosistem yang memungkinkan insan kreatif mengembangkan potensinya dan masuk ke arus utama industri.
Ia menyadari spektrum industri kreatif yang luas membutuhkan dukungan dari hulu ke hilir.
Inisiatif Pengarsipan HKI dan Tantangan Infrastruktur
Salah satu inisiatif strategis yang sedang dikembangkan Pemerintah Kota Bandung adalah penyediaan tempat arsip khusus untuk Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang dapat diakses secara resmi oleh pelaku industri kreatif.
“Saya sedang berusaha mengembangkan bersama Dinas Arsip dan Perpustakaan sebagai tempat pengarsipan semua hak atas kekayaan intelektual. Jadi nanti kita akan buka pendaftaran, silakan didaftarkan. Siapa pun yang mengklaim punya IP, itu disimpannya di kearsipan Kota Bandung. Jadi resmi,” jelas Farhan.
Baca juga VIRAL DI MEDSOS: RATUSAN INSAN PERS BEKASI RAYA DESAK DEDI MULYADI SEGERA KLARIFIKASI
Sistem pengarsipan ini tidak hanya sebagai dokumentasi, tetapi juga sebagai pengakuan hukum yang kuat bagi pemilik karya atau inovasi.
“Ide-ide ini kita koleksikan. Kalau ada yang klaim sepihak, kita bisa lihat dokumen resmi di kearsipan,” imbuhnya.
Namun, Farhan juga menekankan bahwa pembangunan tidak boleh hanya mengejar digitalisasi atau kemasan futuristik semata, melainkan juga memperhatikan aspek dasar seperti infrastruktur dan lingkungan yang layak. Ia menyebutkan permasalahan banjir di kawasan timur Bandung, lokasi beberapa pusat industri kreatif baru, sebagai salah satu tantangan besar.
Baca juga Analisis Pengamat: Pemekaran Wilayah, Harapan Baru atau Beban Negara?
Untuk mengatasi hal ini, Pemkot Bandung akan bekerja sama dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) untuk mengelola sungai-sungai seperti Derwati dan Cisaranten agar tidak menimbulkan genangan.
Peningkatan Aksesibilitas dengan Skema Land Based Finance
Selain pengelolaan lingkungan, Farhan juga menyoroti pentingnya aksesibilitas menuju kawasan industri kreatif.
“Selama ini, jalan ke sini biasanya macet. Aksesnya harus dipermudah. Walaupun tidak ada di anggaran kita, kita sedang menyiapkan skema pendanaan lewat Land Based Finance (LBF),” jelasnya.
Skema LBF memungkinkan pemerintah memanfaatkan aset tanah sebagai jaminan untuk mendanai infrastruktur, tanpa membebani APBD.
“Pendanaannya bukan dari pemerintah, tapi dari pihak swasta yang terlibat. Kita ciptakan ekosistem yang saling mendukung,” pungkas Farhan.
(Her)