KPK Kembali Panggil Mantan Direktur Pertamina dalam Kasus Korupsi Pengadaan LNG

Jakarta, JURNAL TIPIKOR – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hari ini kembali memanggil saksi dalam penyidikan kasus dugaan korupsi pengadaan liquefied natural gas (LNG). Saksi yang dipanggil adalah mantan Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko PT Pertamina (Persero) periode 2011-2014, M. Afdal Bahaudin (MAB).

“Pemeriksaan bertempat di Gedung Merah Putih KPK atas nama MAB, Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko PT Pertamina (Persero) periode 2011-2014,” ujar Juru Bicara KPK Budi Prasetyo saat dikonfirmasi ANTARA dari Jakarta, Rabu (25/6).

Selain MAB, KPK juga memanggil saksi atas nama Juniaty Tobing (JNT), seorang analis senior pada Direktorat Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha Pertamina yang menjabat sejak 1 Mei 2023 hingga saat ini.

Baca juga Kejaksaan Agung Ajukan Banding atas Vonis Mantan Pejabat MA Zarof Ricar

Pemeriksaan saksi-saksi ini merupakan bagian dari upaya KPK untuk mendalami kasus dugaan korupsi pengadaan LNG yang telah merugikan keuangan negara sekitar 140 juta dolar Amerika Serikat.
Perkembangan Kasus.

Sejak surat perintah penyidikan dikeluarkan pada 6 Juni 2022, KPK terus melakukan serangkaian pemeriksaan saksi. Pada pekan ini saja, Senin (23/6), KPK memanggil Komisaris Independen Pertamina periode Mei 2010—2015 Mayor Jenderal TNI Purn. Nurdin Zainal, dan staf ahli direktur utama di Pertamina periode 2008—Mei 2013 Ndat Natanael Brahmana.

Kemudian pada Selasa (24/6), penyidik KPK memanggil Direktur Pengolahan Pertamina periode 19 Februari 2010—18 April 2012 Edi Setianto.

Baca juga Kepala Divisi PSBI Hery Indratno Diperiksa KPK Usai Tunaikan Ibadah Haji

Dalam kasus ini, KPK telah menetapkan mantan Direktur Utama Pertamina periode 2011—2014, Karen Agustiawan, sebagai tersangka pada 19 September 2023.

Karen Agustiawan telah divonis sembilan tahun penjara dan denda Rp500 juta subsider tiga bulan kurungan oleh Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta pada 24 Juni 2024. Mahkamah Agung kemudian memperberat vonisnya menjadi 13 tahun penjara pada 28 Februari 2025.

(AZI)