JURNAL TIPIKOR – Sedikitnya 50 pelaku industri hasil tembakau Kabupaten Bandung mendapat pembekalan khusus dalam acara Bimbingan Teknis (Bimtek) Blending Tembakau yang digelar oleh Dinas Perdagangan dan Industri (Dipserdagin), Senin 27 November 2023.
Kepala Disperdagin Kabupaten Bandung Dicky Anugrah mengatakan, pengolahan hasil tembakau di Kabupaten bandung memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan. Namun sejauh ini masih banyak hal yang perlu digali agar produk yang dihasilkan semakin berdaya saing.
“Industri hasil tembakau merupakan salahs atu sektor strategis domestik yang berdaya saing tinggi dan memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional. Sumbangan sektor yang dikategorikan sebagai kearifan lokal ini, meliputi penyerapan tenaga kerja, pendapatan negara melalui cukai serta menjadi komoditas penting bagi petani dari hasil perkebunan berupa tembakau dan cengkeh,” tutur Dicky kepada Jurnal Soreang, Selasa 28 November 2023
Baca juga OPM 2023, Pemkab Bandung Salurkan 65 Paket Bahan Pokok Makanan di 31 Kecamatan
Dicky melansir, Kabupaten Bandung merupakan salah satu daerah penghasil tembakau terbesar di Jawa Barat. Bahkan di Kabupaten Bandung, tembakau juga menjadi komoditi perkebunan yang produksinya tertinggi ketiga. Adapun komoditi perkebunan lain dengan produksi tertinggi pertama dan kedua adalah kopi dan teh.
Dalam kondisi seperti itu, jelas Kabupaten Bandung sejauh ini tela berkontribusi besar sebagai penghasil bahan baku dan penyumbang pendapatan negara berupa cukai tembakau.
Terkait produk hasil tembakau sendiri, Dicky menegaskan bahwa industri rokok kretek telah menjadi budaya Indonesia. Soalnya produk tersebut sudah ditemukan, diproduksi, dikembangkan dan dikonsumsi oleh masyarakat di dalam negeri sendiri.
“Kretek bisa dilihat sebagai produk budaya bangsa berupa industri rokok. Yang menjadi ciri khasnya adalah dibuat dari bahan baku tembakau lokal, dicampur dengan saus berupa cengkeh dan rempah-rempah lain,” ujar Dicky.
Menurut Dicky, produksi rokok kretek merepresentasikan 92 persen dari total produksi rokok nasional. Adapun total produksi rokok nasional pada 2022 lalu, mencapai 248 miliar batang.
Di Indonesia, industri rokok khususnya kretek, tergolong industri yang relatif masih berkembang, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Semendara di Jawa Barat, perkembangan industri kretek dan cerutu, masih mengalami berbagai perubahan seiring waktu.
Di sisi lain, tantangan pengembangan idustri kretek di Jawa Barat, ujar Dicky, antara lain adanya perubahan preferensi konsumen yang cenderung memilih rokok elektrik. Sehingga diperlukan inovasi pengembangan produk berbagai jenis kretek dengan rasa dan aroma yang beragam, serta kretek berfilter yang lebih modern.
Dalam proses produksinya, sebelum dilinting menjadi rokok kretek, tembakau terlebih dulu harus melalui proses blending yang sangat menentukan kualitas bahan baku rokok, sesuai jenis dan kualitas terbaik. Dengan begitu, rasa dan kualitas rokok yang dihasilkan, akan menjadi sebuah brand tersendiri dan disukai oleh masyarakat luas.
Dalam upaya pengembangam teknologi pengolahan produk kretek, Disperdagin Kabupaten Bandung sendiri terus memfasilitasi para pelaku dengan bimtek pengolahan tembakau. Langkah itu diharapkan bisa menggali potensi pengembangan pengolahan tembakau di masa depan, sehingga mampu menjadi sumber pendapatan yang tinggi bagi para petani.
Dicky berharap, Bimtek yang sudah diberikan selama ini, bisa membuat para pelaku industri, memiliki kemampuan untuk menguasai teknik pengolahan tembakau menjadi produk berkualitas. Selain itu, produk yang dihasilkan bisa diterima di pasaran, berdaya saing, serta keuntungan petani, kelompok usaha agroindustri tembakau rakyat dan mitra usahanya, semkain berlipat.***