Jurnaltipikor.com – Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengeluarkan rekomendasi penanganan penyakit cacar monyet yang kini terdeteksi masuk ke Indonesia.
Ketua Satgas MPox IDI, Hanny Nilasari mengatakan saat ini masyarakat masih kurang sadar akan bahaya penyakit cacar monyet. Bahkan banyak juga yang belum mengetahui dengan pasti apa saja gejala dan bagaimana penyakit ini menular. Padahal, jika tidak ditangani penyakit ini bisa semakin parah dan menular dengan cepat.
“Ingat, kasus MPox yang ringan sekalipun bisa menular dan menyebabkan penyebaran penyakit, serta berakibat fatal terutama pada pasien imunitas rendah,” kata Hanny dalam keterangan tertulis, Minggu (29/10).
Baca juga Peduli Masyarakat Miskin, Jetro Sibarani SH.,MH.,CHt Dan Rekan Dirikan LBH Jetsiber
IDI kata Hanny, mengeluarkan enam rekomendasi teranyar berkaitan penanganan MPox di Indonesia. Salah satu rekomendasinya adalah menyediakan obat antivirus dan vaksin di setiap Dinas Kesehatan baik di tingkat kabupaten maupun kota untuk antisipasi penyebaran kasus cacar monyet ini.
Semua harus sesuai alur permintaan sesuai dengan yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan dan diberikan atas indikasi serta skala prioritas,” kata Hanny.
Untuk lebih jelasnya, berikut rekomendasi penanganan cacar monyet dari PB IDI:
1. Edukasi terkait cacar monyet
Masih banyak masyarakat yang belum paham betul soal penyakit cacar monyet. Sebagian malah masih menganggap cacar monyet sebagai penyakit ringan. Padahal jelas ini adalah salah satu penyakit yang harus diwaspadai.
Baca juga Bupati membuka penyuluhan Kanker dan penyuluhan Pap Smear Gratis Di RSUD Mandau.
Untuk itu, diperlukan penyebaran informasi dan edukasi secara luas kepada masyarakat tentang infeksi penyakit ini. Terutama berkaitan dengan cara penularan, pencegahan, dan deteksi dini cacar monyet.
2. Hindari kontak dengan pasien
Lebih dari 90 persen penularan melalui kontak erat, terutama kontak seksual. Hindari kontak fisik dengan pasien terduga cacar monyet.
PB IDI juga mengimbau agar tidak menggunakan barang bersama. Misalnya handuk yang belum dicuci, pakaian yang belum dicuci, atau berbagi tempat tidur, alat mandi, dan perlengkapan tidur lainnya. Misalnya seprai, bantal, hingga selimut.
3. Selalu pakai pengaman
Untuk populasi risiko tinggi, misalnya mereka yang memiliki kecenderungan berhubungan seksual bebas atau multipartner hingga mereka yang memiliki imunokompromais. Mulai dari autoimun dan penyakit kronis lainnya hindari perilaku berisiko.
“Sebaiknya pakai pengaman dan lakukan vaksinasi setiap kali berhubungan seksual,” kata Hanny.
Baca juga Apakah putusan MK yang loloskan gibran jadi cawapres bisa dibatalkan? Begini kata Ketua MKMK.
4. Lakukan pemeriksaan
Kunjungi fasilitas kesehatan atau dokter setiap kali muncul gejala. Mulai dari ada les di kulit yang disertai demam. Hal ini terutama jika Anda masuk dalam kategori berisiko.
5. Selalu lakukan skrining
Pada kasus terduga cacar monyet, perlu dilakukan skrining atau pemeriksaan awal berupa wawancara tentang perkembangan penyakit (anamnesis), pemeriksaan lesi kulit dan organ-organ secara detail dan lengkap (PF). Serta pemeriksaan swab yakni pemeriksaan lab khusus dengan mengambil cairan dari lenting/ keropeng/ kelainan kulit.
6. Antivirus hingga vaksin harus tersedia
Penyediaan obat antivirus dan vaksin didesentralisasi di Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota yang ditunjuk. Semuanya juga harus sesuai dengan alur permintaan yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan dan diberikan atas indikasi serta skala prioritas.(*)