Apa yang dikatakan pengamat ekonomi soal di tutupnya toko online

Jakarta, Jurnaltipikor.com–Pasca ditutupnya Tik Tok Shop secara resmi oleh pemerintah muncul banyak pertanyaan dari para pengamat ekonomi, apakah sepinya pengunjung di pasar-pasar tradisional akibat dari toko online.

Berdasarkan hasil investigasi, Sejumlah pasar ternama di beberapa daerah kini mulai sepi pengunjung, mulai dari Tanah Abang hingga Pasar Cipadu Tangerang. Kehadiran toko online disebut-sebut jadi penyebab sepinya pasar itu. Benarkah demikian?

Direktur Center of Law and Economic Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira membenarkan bila kehadiran toko online sedikit banyak memang membuat pasar-pasar tradisional ini mulai sepi pengunjung. Terlebih menurutnya banyak produk yang dijual dengan harga sangat murah di toko-toko online yang membuat persaingan pasar jadi tidak sehat.

Baca juga Wanita Tewas Bersimbah darah di Kota Bogor, Polisi : Korban diduga mengenal Pelaku

Namun di luar itu, ia menyampaikan ada banyak faktor lain yang mempengaruhi kondisi pasar sepi belakangan ini. Sehingga ia tidak bisa mengatakan bila toko online lah yang menjadi penyebab utama jatuhnya pesona pasar-pasar tradisional saat ini.

“Sebenarnya sih ada pengaruhnya, cuman banyak faktor lainnya juga. Memang persaingan yang nggak sehat di toko online merusak pasar fisik gitu ya, terutama pasar-pasar retail karena banyak barang impor yang masuk di toko online, baik social-commerce maupun juga di e-commerce,” kata Bhima, Rabu (4/10/2023).

“Toko-toko online itu memang kan barangnya banyak barang impor, kemudian ada persaingan harga yang nggak sehat ya, itu berpengaruh (terhadap banyaknya pasar sepi). Tapi faktor lainnya juga banyak yang mempengaruhi,” tambahnya.

Baca juga Personel Sat Samapta Polres Wajo Melaksanakan Commander Wish Pagi

Bhima menjelaskan sebelum ramai gempuran toko online, tingkat konsumsi masyarakat terhadap produk-produk di luar pangan memang sedang mengalami penurunan. Artinya kondisi penjualan produk-produk di luar pangan memang sedang lesu, khususnya untuk produk pakaian jadi yang banyak dijual di pasar-pasar offline ini.

“Sebelum ramai adanya TikTok Shop misalnya, itu ada fenomena yang pelemahan konsumsi (masyarakat) khususnya pakaian jadi, kemudian barang-barang di luar bahan pangan itu memang ada penurunan permintaan,” ungkap Bhima.

Selain itu menurutnya kenaikan harga beras hingga BBM non subsidi yang terjadi belakangan ini juga ikut memperburuk kondisi keuangan masyarakat. Menurut Bhima pada faktor-faktor inilah yang kemudian membuat masyarakat untuk menahan pembelian dan membuat pasar sepi pengunjung.

“Apalagi sekarang kalau dilihat kan masyarakat, terutama kalangan menengah ke bawah fokusnya lebih ke pangan. Harga beras kan secara tahunan sudah naik 18%, terus kebutuhan pasca pandemi ternyata juga tinggi, BBM non subsidinya juga naik beberapa kali gitu ya. Itu yang membuat mereka menahan untuk berbelanja di pasar fisik juga, jadi ada faktor itu,” jelasnya.

Baca juga Rayakan HUT RI Ke-78, Perumdam TJM Kabupaten Sukabumi Gelar Pertandingan Olahraga Antar Karyawan

Hal serupa juga disampaikan oleh Peneliti Center of Digital Economy INDEF Izzudin Al Farras Adha. Menurutnya selain gempuran toko online, terdapat banyak faktor lain yang membuat fenomena pasar sepi ini meluas di RI.

Sebut saja pelemahan daya beli masyarakat yang terjadi belakangan ini menjadi salah satu faktor lain yang membuat pasar sepi. Namun ia tidak menutup kemungkinan bila toko online ini menjadi salah satu penyebab utama dari sepinya pasar-pasar offline saat ini.

Apalagi menurutnya dengan kehadiran toko online, terdapat peralihan model bisnis di mana produsen bisa langsung menjual produk-produknya ke konsumen tanpa perantara para pedagang di pasar.

“Salah satu memang e-commerce ada juga faktornya (membuat pasar sepi), karena gini, karena dari e-commerce apalagi sekarang live commerce itu yang (seperti) live Shopee itu bisa dari produsen langsung bertransaksi dengan konsumen. Jadi tidak perlu lagi produsen itu menjual barang ke pasar, kemudian pedagang pasar jual ke konsumen. Karena satu rantai itu bisa diputus dari produsen langsung ke konsumen. Jadi memang ada peralihan model bisnis,”

Baca juga Perumdam Tirta Jaya Mandiri Cepat Tanggap, Kebocoran Pipa Cepat Teratasi

Di luar itu Izzudin memang tidak menyangkal bila saat ini sudah ada peralihan gaya belanja masyarakat dari offline menuju online menjadi salah satu faktor lain sepinya pasar-pasar tradisional atau offline. Kondisi ini sejatinya sudah mulai terjadi sejak pandemi Covid meluas kemarin.

“Jadi pasar tradisional atau offline sepi itu sudah terjadi setidaknya sejak pandemi. Karena pandemi itu orang-orang tidak bisa bertransaksi secara offline, mau tidak mau orang cari alternatif lain yaitu ke e-commerce. Kemudian setelah pandemi selesai, nah orang sudah tahu bertransaksi secara online tapi orang juga punya pilihan untuk tetap berbelanja di pasar tradisional jadi sifatnya saling melengkapi,” imbuhnya

Red.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *