Jakarta, Jurnalripikor.com – Perhelatan politik di tanah air tensinya makin meningkat, seiring salah satu capres sudah mendeklarasikan diri dengan pasangannya (Cawapres) yakni Aniwa Baswedan dan Muhaimin Iskandar.
Masyarakat masih menanti siapa sosok yang akan mendampingi kedua bakal calon presiden (bacapres), yakni Prabowo Subianto pemilihan presiden (pilpres) 2024. Dirinya dan bacapres Ganjar Pranowo masih belum mengumumkan sosok wakil pendampingnya.
Namun belum ada tanda-tanda bahwa keduanya akan mengumumkan siapa bakal calon wakil presiden (bacawapres) pendamping mereka. Justru, Prabowo dan Ganjar diisukan akan berduet dalam Pemilu 2024. Ganjar juga telah buka suara soal peluang berdampingan dengan Prabowo.
Baca juga Bupati Lantik 18 Pejabat Lingkup Pemerintah Kabupaten Wajo, Termasuk Kadis Perikanan
Prabowo sendiri disebut-sebut sebagai bacapres terkuat. Hal ini lamtaran adanya dukungan dari tiga partai besar, yakni Golkar, PAN, dan Demokrat. Lantas bagaimana perjalanan karirnya dan berapa banyak hartanya?
Prabowo Subianto memilih untuk menjadi tentara di usia remaja. Padahal, ia sebenarnya bisa saja mengikuti jejak sang ayah Sumitro Djojohadikusumo, untuk menjadi seorang ekonom, atau mungkin birokrat pemerintahan.
Prabowo menggeluti dunia militer selama hampir dua dekade, sebelum akhirnya ‘terlempar’ dari sana di tahun 1998. Setelah tak lagi berdinas, Prabowo kemudian mengikuti jejak adiknya, Hashim Djojohadikusumo, sebagai pengusaha.
Berdasarkan paparan George Aditjondro dalam Korupsi Kepresidenan (2006), saat di Aman, Yordania, Prabowo sempat menjadi perwakilan kelompok bisnis adiknya, Tirtamas/Comexindo. Selain itu, dari sana juga dia berupaya mempersiapkan bisnis tambang, pengolahan kertas, dan penggalian sumber-sumber energi.
Barulah pada 2001, Prabowo dan rekannya, mendirikan Nusantara Energi. Perusahaan inilah yang kemudian menjadi mesin pendulang kekayaan bagi Prabowo. Awalnya bisnisnya bergerak di industri kertas bernama PT Kiani Kertas, yang berada di Berau, Kalimantan Timur.
PT Kiani Kertas ini awalnya dimiliki oleh ‘Raja Hutan’ Bos Hasan. Namun, pada tahun 1990-an, perusahaan ini diambil alih negara karena dianggap tidak sehat. Dan karena alasan inilah Prabowo ingin membangkitkan perusahaan kertas tersebut.
Dia membeli Kiani Kertas sebesar Rp 1,8 Triliun dan mengubahnya menjadi PT Kertas Nusantara. Pengambilalihan inilah yang kemudian membuat hubungannya dengan senior di TNI, Luhut Binsar Panjaitan, kembali mencair.
Sebagaimana dipaparkan Hendra Budiman dalam Para Pembisik Jokowi (2015), di Kiani Kertas Prabowo menjabat sebagai Presiden Direktur dan Luhut Binsar Panjaitan menduduki kursi Komisaris Utama. Sayang, hubungan positif dua jenderal TNI itu tidak berlangsung lama.
Kondisi perusahaan yang tak kunjung membaik membuat hubungan keduanya kembali merenggang. Di tangan Prabowo, Kiani Kertas tetap dianggap perusahaan yang tak sehat dan tidak begitu sukses.
Baca juga Kadisdik Kota Bandung: Insan Pendidikan Harus Menjadi Teladan
Setelah bermain di industri kertas, Prabowo beralih ke sektor bisnis lain. Tercatat, bekas Pangkostrad ini sempat bermain di bisnis minyak kelapa sawit di PT Tidar Kerinci Agung, bidang perikanan lewat PT Jaladri Nusantara dan sektor migas lewat PT Nusantara Energy.
Seluruh bisnis itu berada di bawah naungan Nusantara Group yang ternyata membawahi 27 perusahaan di dalam dan luar negeri. Selama menjalani bisnis Prabowo tidak sendirian. Dia menaruh kepercayaan besar kepada rekan politik dan keluarganya. Inilah yang menjadi kunci bisnis Prabowo.
Fadli Zon dalam situs resmi pribadinya menyebut nama-nama seperti Hashim Djojohadikusumo, Widjono Hardjanto, Bambang Atmadja, dan dirinya sendiri sebagai eksekutif yang membesarkan bisnis Prabowo.
Tak heran jika jenderal purnawirawan ini tergolong sebagai menteri terkaya dengan harta sekitar Rp 2 Triliun. Dan tiap pilpres pun, kekayaan Prabowo selalu menjadi sorotan.
JT-Bandung
4 thoughts on “Prabowo Capres terkuat di Pemilu 2024,”