Bandung, Jurnal Tipikor.com | Genap lima tahun Ridwan Kamil (RK) duduk di singgasana Gedung Sate mencurahkan segenap energinya untuk pembangunan Jabar. Lima tahun pula ia menggoreskan tinta kenangan pada masyarakat Jabar.
Selasa, tanggal 5 September 2023 kemarin merupakan hari terakhir pengabdian Dr. (H.C.) H. Mochamad Ridwan Kamil, S.T., M.U.D., atau lekat disapa Kang Emil sebagai Gubernur Jawa Barat. Dan Pj Gubernur Jabar pun Bey Machmudin sudah dilantik Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian.
Lalu akan ke mana karier politik Ridwan Kamil pasca lengser dari jabatan Gubernur Jawa Barat?
Djabarpos.com merangkum tanggapan dua pengamat politik dari Universitas Padjadjaran dan UIN Sunan Gunung Djati.
Prof Muradi Guru Besar Ilmu Politik dan Keamanan Universitas Padjadjaran, mengatakan, akan ada peluang besar dan ada tiga destinasi politik untuk Ridwan Kamil usai resmi melepas jabatannya.
Pertama, majunya Ridwan Kamil menjadi calon wakil presiden 2024 mendatang.
Namun, dalam hal ini, Prof Muradi menyampaikan jika hal ini akan cukup sulit mengingat Ridwan Kamil saat ini masih menjadi kader Partai Golkar.
Baca juga Plis, Jangan Buang Sampah ke Sungai
Di mana ketua Umum Partai Golkar yakni Airlangga Hartarto juga memiliki peluang yang sama untuk maju di pilkada 2024 mendatang sebagai cawapres untuk Ketua Umum Partai Gerindra yakin Prabowo Subianto.
Diketahui saat ini Partai Golkar sejauh ini telah menjalin koalisi dengan Partai PAN dan Gerindra.
Selanjutnya untuk opsi kedua, Kang Emil juga dapat mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta dengan cara hijrah ke Ibu Kota.
Namun, menurutnya, untuk hijrah ke DKI Jakarta tersebut adalah pekerjaan yang cukup besar lantaran Ia jiga harus meyakinkan partai politik lainnya untuk mendukungnya. Sebab diketahui Partai Golkar tidak memiliki kekuatan yang besar jika di Ibu Kota.
Opsi terakhir yakni melakukan putaran kedua sebagai Gubernur Jawa Barat.
Namun hal ini menurut Muradi terlihat lebih sulit lantaran partai yang mengusung Kang Emil tidak sepenuhnya mendukungnya dan terlihat lebih rumit di Jawa Barat.
Baca juga Indikasi Pungli Retribusi Sampah, Pemko Pekanbaru Diminta Evaluasi Sistem DLHK Pekanbaru
Sementara itu, pengamat politik dari UIN Sunan Gunung Djati, Dr Mahi M Hikmat, M.Si, yang dikutip dari KejaimpolNews.com, Kamis 7 September 2023 mengatakan, bagi Ridwan Kamil untuk menjadi calon presiden nyaris tidak mungkin karena parpol-parpol sudah berkoalisasi menentukan capres.
Untuk menjadi cawapres pun, tinggal tersisa dua peluang: cawapres Ganjar Pranowo atau cawapres Prabowo Subianto.
Menurutnya, untuk mendampingi Prabowo berat karena harus berhadapan dengan Ketua Umum Golkar, Erlangga Hartarto yang sudah berkoalisi dengan Gerindra dan dikabarkan berminat menjadi cawapres.
“Terlalu mahal cost politic-nya jika harus menggeser dan meminta restu Erlangga. Apalagi, jika harus ‘merebut’ jabatan Ketua Umum Golkar lewat Munaslub. Karena jika tidak bersama Golkar, setelah kehilangan PKB, persentase Gerindra dan PAN untuk mendukung Prabowo pun pas-pasan. Apalagi, pada Pilpres 2019 dulang suara Prabowo adalah pemilih Jawa Barat. Jika Prabowo-RK berpasangan, maka periuk suaranya itu-itu juga,” kata Hikmat.
Baca juga KPK Segera Turun ke Subang, Akibat Banyak Penerima Bansos Tidak Tepat Sasaran
Menurut Hikmat, jika dengan Ganjar, Ridwan Kamil harus bersaing dengan Sandiaga yang membawa gerbong 3,3% kursi PPP, sedangkan RK “bertangan hampa”, karena Golkar sudah berkoalisasi dengan Gerindra, selain ia pun dalam ancaman “pemecatan” dari Golkar.
“Kendati di atas kertas, jika Ganjar-RK bergabung, maka dua lumbung suara besar (Timur dan Barat) diprediksi akan menjadi koalisi suara yang dasyat,” katanya.
Mahi Hikmat menyebut dua lagi peluang karier politik RK, yaitu kursi Gubernur DKI Jakarta atau kembali ke Jabar. Menjadi Gubernur DKI lebih seksi karena lebih dekat dengan pusaran kekuasaan pusat dan pusat pundi-pundi ekonomi, sehingga menjanjikan harapan masa depan untuk lebih memungkinkan mencalonkan Presiden.
Namun, menurutnya, RK harus bekerja keras karena akan bersaing dengan tokoh-tokoh nasional dan berhadapan dengan problematika Kota Jakarta yang teramat rumit.
Pilihan terakhir, RK kembali mencalonkan Gubernur Jabar. Peluang terpilih lebih besar, problem Jabar pun sudah paham. Walaupun tidak dapat diraih dengan hanya berpangku tangan karena Jabar pun masih menyimpan tokoh-tokoh yang layak diperhitungkan.
Sumber : Jabar Pos