
Sukabumi, jurnaltipikor.com,-Masyarakat Desa Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, menggelar acara Sedekah Bumi sebagai bentuk syukuran atas Program Tanah Objek Reforma Agraria (TORA) yang berlokasi di Kp. Cilodor, Desa Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Minggu (20/04/2025).
Acara Sedekah Bumi ini berlangsung semarak dengan digelarnya pagelaran Wayang Golek Putra Giri Harja 3, yang dipimpin oleh dalang kenamaan asal Bandung, Dadan Sunandar Sunarya .
Agus Gunawan Arumba, selaku Ketua Panitia TORA menyampaikan, bahwa acara Sedekah Bumi ini mengusung tema “Gunung Teu Beunang Dilebur, Sagara Teu Beunang Diruksak, Buyut Teu Beunang Dirempak” yang bermakna pentingnya menjaga kelestarian alam dan menghormati leluhur.
“Sedekah Bumi ini adalah wujud rasa syukur atas tercapainya Program Reforma Agraria di desa kami. Selain itu, tema ini mengingatkan kita semua untuk terus melestarikan alam dan budaya,”ucap Arumba
Baca juga Mantan Pegawai KPK Rasamala Aritonang diperiksa KPK, ini dugaan kasusnya
Dalam kesempatan tersebut, Agus Gunawan Arumba juga menyampaikan beberapa poin penting mengenai kondisi lingkungan dan sosial di Desa Cipeuteuy di antaranya terkait Gunung yang gundul dan mata air yang pada kering supaya gunung yang mengalami kerusakan hampir 700 hektare itu bisa dihijaukan kembali.
“Hampir 700 Hektar lahan gunung didaerah kami mengalami kerusakan, kami minta di hijaukan kembali dan mata air di wilayah tersebut juga mengalami kekeringan, berbeda dengan kondisi saat pertama kali datang pada tahun 1996. Kami duga, ini dampak dari Star Energy terhadap Lingkungan,”bebernya.

Arumba menyoroti, bahwa sumber daya alam di Kecamatan Kabandungan terus dieksploitasi oleh Star Energy, khususnya di Gunung Salak.
Baca juga Pemimpin Cabang BRI Branch Office sengkang Turut Hadir Dalam event Bhayangkara Trail Adventure 2025
Arumba pun mengkritisi terkait kondisi jalan dan lingkungan di sekitar lokasi eksploitasi yang dinilai belum mendapat perhatian yang serius dari pihak terkait.
Selain itu, Arumba mengungkapkan adanya persoalan dengan tanah HGU yang sudah dibebaskan dan disertifikatkan. Dimana, beberapa tanah HGU yang semula dikelola oleh rekan-rekan pejuang reforma agraria sejak tahun 1996 justru direbut secara paksa oleh oknum mafia tanah, dengan dugaan adanya keterlibatan pejabat di Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan tim sembilan.
“Kami meminta adanya pemantauan ketat dari dinas terkait agar aparatur desa benar-benar hadir di lapangan dan juga disiplin dalam bertugas.”pintanya.
Selain itu, Arumba pun meminta keterbukaan anggaran yang ada di desa untuk melibatkan tokoh masyarakat dalam pengelolaannya, bukan hanya orang-orang tertentu di pemerintahan desa.
Arumba berharap,masyarakat Desa Cipeuteuy dapat berkembang dan sejahtera. Ia ingin desa ini menjadi lebih gemah ripah, repeh rapih, serta menanamkan nilai-nilai kebersamaan (sili asah, sili asih, sili asuh) .
“Intinya, saya ingin masyarakat di Desa Cipeuteuy bisa berkembang, lebih sejahtera, dan kehidupan sosialnya semakin baik,” pungkasnya.
(Rama)