
Bandung, JURNAL TIPIKOR – Tidak semua perjalanan bisnis dimulai dengan kesuksesan. Moch. Restu Sheno Permadhi, atau yang lebih akrab disapa Sheno, adalah salah satu contoh nyata bahwa kegagalan bisa menjadi guru terbaik. Pemuda asal Bandung ini pernah mencoba berbagai usaha sejak masih duduk di bangku kuliah, mulai dari menjual bawang goreng kemasan hingga memproduksi MPASI dan bumbu dasar. Namun, tidak semuanya berjalan sesuai rencana.
Beberapa produk awal seperti Mr. Keriting (bawang goreng kemasan) dan lini pertama dari Cararasa sempat berhenti di tengah jalan. Keterbatasan modal, ketidaksiapan operasional, hingga belum matangnya strategi pemasaran menjadi bagian dari tantangan yang harus ia hadapi. Namun dari pengalaman-pengalaman itulah Sheno mulai memahami bahwa membangun bisnis tidak cukup hanya dengan semangat—perlu proses belajar yang konsisten, ketahanan mental, dan kesiapan menghadapi kenyataan pasar.
Membangun Ulang Fokus: Motatoz dan Jembatan Legal
Kini, Sheno memilih untuk memusatkan tenaganya pada dua lini bisnis yang memiliki fondasi lebih kuat: Motatoz Brulee dan Jembatan Legal.
Baca juga Kades Cikujang Gelar Musdesus Dalam Rangka Pembentukan Koperasi Desa Merah Putih
Motatoz Brulee adalah produk camilan berbasis kentang panggang yang ditujukan untuk pasar street food premium. Mengusung konsep kentang keju dengan topping kekinian, Motatoz hadir di berbagai titik kuliner Bandung dan mulai mendapatkan tempat di hati anak muda. Dengan pengalaman sebelumnya, Sheno kini lebih hati-hati dalam membangun sistem, branding, dan strategi penjualannya.
Sementara itu, melalui Jembatan Legal, ia membuka layanan yang membantu pelaku UMKM dalam mengurus legalitas usaha seperti PIRT, NIB, hingga pendirian PT dan CV. Sheno melihat bahwa banyak pengusaha kecil ingin naik kelas namun terhambat urusan administrasi dan perizinan. Dari situlah lahir ide untuk membangun bisnis jasa yang punya dampak nyata dan berkelanjutan.
Belajar Digital Marketing dan Menerapkannya Sendiri
Latar belakang pendidikan Sheno di BINUS Bandung, ditambah keikutsertaannya dalam program RevoU Full Stack Digital Marketing, membekalinya dengan kemampuan yang lebih teknis dan terukur. Ia belajar langsung tentang iklan digital, A/B testing, SEO, hingga strategi branding—dan yang terpenting, ia menerapkannya sendiri di bisnisnya.
Baca juga Kades Cibunarjaya Gelar Musdesus Dalam Rangka Pembentukan Koperasi Desa Merah Putih
Dari pengalaman magang di perusahaan label printing hingga berbagai proyek virtual internship, Sheno terus memperdalam pemahamannya tentang bagaimana dunia pemasaran digital bekerja. Kini, ia mengelola iklan berbayar dan kampanye media sosial Motatoz dan Jembatan Legal secara langsung.
Bukan Cerita Sukses Kilat
Sheno Permadhi tidak menampilkan dirinya sebagai pengusaha sukses instan. Ia adalah representasi dari generasi muda yang sedang berproses. Jatuh, bangun, belajar, mencoba lagi, dan terus memperbaiki langkah. Baginya, menjadi pebisnis bukan tentang pencapaian besar, melainkan tentang konsistensi untuk tetap bertahan, bertumbuh, dan memberikan solusi bagi orang lain.
Dalam dunia wirausaha yang seringkali hanya menampilkan hasil akhir, cerita Sheno justru menarik karena menyorot proses—dan proses itulah yang saat ini sedang ia jalani dengan sepenuh hati.
(Red)